Home » , » "Bohemian Mintorogo" Wayang Sudjiwo Tedjo Mendukung PKS

"Bohemian Mintorogo" Wayang Sudjiwo Tedjo Mendukung PKS

Written By PKS KOTA PADANGSIDIMPUAN on Rabu, 29 Mei 2013 | 18.19



by @spinandhito

Penulis cukup kaget ketika menyaksikan video Indonesia Lawyer Club TVone tanggal 21 Mei 2013. Ada yang unik disana. Pada pembukaannya ditampilkan pagelaran wayang oleh Dalang Sudjiwo Tedjo (Presiden Jan*ukers), seorang budayawan yang nyentrik dan sering diundang oleh ILC TVone. Silahkan lihat wayangnya dengan lakon "Bohemian Mintorogo" di URL: http://www.youtube.com/watch?v=7ZpskDk6mGs.
Penulis sebelumnya juga pernah melihat pementasan wayang Sudjiwo Tedjo pada pembukaan ILC pada 19 Maret 2013 dengan lakon "Bharatayudha Rasa Bawang". Dari melihat pementasan wayang itu, saya menyimpulkan bahwa Sudjiwo Tedjo sedang menyindir PKS, terutama Pasangan Aher dan Deddy yang memenangi Pilgub Jabar. Secara naluriah saya berpersepsi bahwa Sudjiwo Tedjo adalah termasuk kelompok yang tidak suka dengan PKS.
Tapi, persepsi itu berubah setelah menyaksikan pagelaran wayang Sudjiwo Tedjo pada ILC 21 Mei 2013 dengan lakon "Bohemian Mintorogo".

Di awal cerita, Sudjiwo Tedjo memberikan narasi bahwa Arjuna dari Partai Pandawa Sejahtera sedang bertapa di Gua Indrakila. Kita faham bahwa Arjuna adalah salah satu dari Pandawa, dan Pandawa adalah lambang Kebenaran, sedangkan musuh mereka yaitu Kurawa adalah lambang kejahatan. Dengan menyebut Partai Pandawa Sejahtera, saya menangkap bahwa Sudjiwo Tedjo memposisikan Partai Keadilan Sejahtera sebagai Pandawa, lambang kebenaran.
Saya menangkap juga bahwa Arjuna yang bertapa (bergelar Begawan Mintorogo) kemudian diganggu para wanita tadi adalah simbolisasi dari LHI yang tak mau menerima suap. Kemudian, datanglah Buto (Raksasa) yang mengganggu LHI bertapa. Dikutuklah raksasa itu, berubah jadi celeng. Kemudian tiba-tiba celeng tadi dipanah oleh seseorang, celeng tadi berubah jadi sapi. Ternyata Batara Guru yang memanah celeng tadi.
Kemudian pada akhir cerita Batara Guru, mengambil Panah Pasopati dari bangkai sapi tadi dan menyerahkanya kepada Arjuno / LHI. Batara Guru juga menghargai Arjuna yang tidak mencampur daging sapi dengan daging celeng. Kemudian pagelaran ini diakhiri dengan lagu "Lir-ilir" ciptaan Sunan Kalijaga, diiringi musik rebana.
Tahukah anda panah Pasopati itu? Paso=Pas, Pati=Mati. Pasopati bila dilepaskan dari busurnya pasti akan membunuh sasaranya. Panah Pasopati lah yang mengakhiri perang Barathayudha. Arjuno VS Karna. Adipati Karna sebenarnya adalah saudara Pandawa, tapi karena Karna sejak kecil dirawat Kurawa, maka dia jadi pembela Kurawa. Panah Pasopati dilepaskan Arjuno dan membunuh Karna. Usailah sudah Perang Barathayudha. Partai Pandawa Sejahtera menang, Kurawa kalah.
Catatan lainnya, ada nuansa Islami pada pagelaran wayang tersebut. Ada musik rebana dan lagu Lir-Ilir yang memungkasinya. Ini saya cuplikan sedikit falsafah lagu lir-ilir:
Lir ilir... lir ilir... tandure wus sumilir
Sayup-sayup bangun (dari tidur), tanaman-tanaman sudah mulai bersemi, Kanjeng Sunan mengingatkan agar orang-orang Islam segera bangun dan bergerak. Karena saatnya telah tiba. Bagaikan tanaman yang telah siap dipanen, demikian pula rakyat di Jawa saat itu (setelah kejatuhan Majapahit) telah siap menerima petunjuk dan ajaran Islam dari para wali.
tak ijo royo-royo tak sengguh temanten anyar
Demikian menghijau bagaikan gairah pengantin baru Hijau adalah simbol warna kejayaan Islam, dan agama Islam disini digambarkan seperti pengantin baru yang menarik hati siapapun yang melihatnya dan membawa kebahagiaan bagi orang-orang sekitarnya. Ada juga penafsiran yang mengatakan bahwa pengantin baru maksudnya adalah raja-raja jawa yang baru masuk Islam.
Ya, Lir-ilir adalah lagu simbol berkembangnya dakwah Islam di Indonesia. Tunas-tunas dakwah yang ditebar sudah tumbuh menghijau di seluruh pelosok negeri, siap berbuah untuk kejayaan, kesejahteraan nusantara. Luar biasa ! seorang Presiden Jan*cukers me-nyiar-kan lagu dahsyat penuh filosofi mendalam ini.
Catatan satu lagi. Bahwa bukit Indrakila tempat Arjuna bertapa dalam cerita wayang tadi ternyata kisahnya juga ada dalam dunia nyata. Di Malang, Jawa Timur, di lereng Gunung Arjuna ada bukit Indrakila. Kemudian penulis teringat dengan tulisan @elmansur402, bahwa LHI adalah Putra Batara Indra dari lereng Gunung Arjuna Malang (baca di URL: https://docs.google.com/file/d/0B905tXUYTxGYYkRnRUlLUGJJX1k/edit?pli=1). Dan uniknya, Dalang Sudjiwo Tedjo, mengkiyaskan LHI sebagai Arjuno sang Begawan Mintorogo yang menuntaskan "Goro-Goro" perang Barathayudha dengan Panah Pasopati.
Apakah Sudjiwo Tedjo telah mendukung PKS lewat pagelaran wayang nya? Hanya Ki Dalang yang bisa menjawabnya. Setelah Prof. Ramli, T. Nasrullah, Yudi Latif, Yusril Ihsa Mahendra... siapa lagi yang akan Allah gerakan hatinya tuk melawan ketidakadilan dalam kasus LHI ini?
Kita ikuti terus "Goro-Goro" ini. Pilih ikut bersama Pandawa menjadi pemenang atau ikut Bala Kurawa menjadi pecundang?
Share this article :

0 komentar :

Posting Komentar



 
Support : Link | Link | Your Link
Copyright © 2017. DPD PKS KOTA PADANGSIDIMPUAN - All Rights Reserved